Cari Blog Ini

Selasa, 24 Mei 2011

Sinopsis "CORSAGE"


CORSAGE
PROLOG

Pantai Carita
Langit lembayung

Matahari terbenam
Remang-remang

Angin malam berhembus
Dingin

S
eorang gadis duduk bersandar pada batang pohon kelapa. Di tangannya terdapat scrapbook yang didekapnya erat-erat. Angin berhembus amat kencang, membuat tubuhnya menggigil. Matanya menerawang pada lintingan awan yang kemerahan di langit yang lembayung.
Seperti janji yang diucapkannya setahun yang lalu, ia akan datang ke pantai ini setiap tahun. Ia menunggu seseorang. Seseorang yang tak pernah ditemuinya dalam setahun ini.
          Seseorang yang mencintainya.
          Seseorang yang amat sangat dicintainya, kekasihnya.
          Ia dengan pasrah hanya menunggu, menanti, dan berharap. Cuaca hari ini memang tidak bersahabat dengan kehendak orang-orang yang menantikan saat bersenang-senang di tengah buih ombak.
          Laut mulai pasang, angin membuat bulu roma merinding, dan langit sudah remang-remang. Walau begitu, gadis ini tetap setia menunggu. Ia menghela napas panjang dan mendekap scrapbook itu lebih erat lagi. Napasnya memburu dan hatinya gundah. Akankah penantiannya selama ini akan berakhir sia-sia?
          Ia berusaha menenangkan diri, kemudian membuka lembar demi lembar scrapbook yang penuh foto dan coretan tangan. Kenangan yang tersimpan didalamnya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Banyak sekali kenangan manis yang diabadikan didalamnya.
          Tanpa disadari, air matanya menetes. Ia amat rindu temann-temannya. Sudah setahun mereka tidak bertemu.

SATU

T
erlihat tujuh anak SMA yang kerjaannya mencari jajan melulu. Mereka adalah Fiffie, Winda, Tatha, Alya, Ilham, Ucok, Bagas, Arifin, dan Tony. Semua warteg yang mereka temui masakannya telah mereka jajal semua.
          Sambil makan mereka berbincang-bincang, sesekali diselingi dengan gurauan-gurauan yang biasa mereka lakukan setiap mereka berkumpul bersama.
**
          Pagi hari hujan turun deras sekali. Anak-anak berlarian menuju sekolah agar tidak kehujanan. Mereka semua sudah siaop dengan payung dan jas hujan untuk melindungi diri dari rintik-rintik hujan.
          Sebelum bel masuk sekolah berbunyi Winda cs. Seperti biasa mendengarkan berita di radio yang biasa mereka dengar, yaitu radio Skul FM.
Mereka semua yang tadinya asik dengan urusan mereka masing-masing tiba terkejut setelah mendengar berita yang mengabarkan tentang kasus penggelapan dana BUMN sebesar sepuluh miliar rupiah. Mereka terkejut bukan karena banyaknya uang yang digelapkan, tetapi mereka terkejut karena yang melakukan penggelapan uang tersebut adalah Antonio Kunang, ayah dari teman mereka sendiri yaitu Tony. Fiffie yang merasa kasihan dengan temannya itu segera mematikan radionya karena tidak tega mendengar berita tersebut yang jelas-jelas memberi tahu siapa pelakunya.
Tiba-tiba disela perbincangan, ada seseorang yang masuk ke dalam kelas mereka. Badannya tinggi dan gagah, tapi wajahnya masam. Walau kacamatanya berbingkai tebal, tetap tak bisa menutupi matanya yang sembab.
Ia berjalan menembus kerumunan teman sekelas, dan membantik tas ke meja. Sontak semuanya tersentak kaget. Fiffie yang duduk disebelah Tony mencoba menayakan sebenarnya apa yang terjadi. Namun bukan jawaban yang halus yang Fiffie terima, melainkan bentakan yang keluar dari mulut sahabatnya itu. Karena merasa tak enak hati, Fiffie langsung beranjak pergi meninggalkan Tony.
**
          Bel istirahat pun berbunyi. Seluruh siswa berhamburan kepinggir lapangan untuk melihat pertandingan basket antar SMA yang sebentar lagi akan dimulai. Semua penonton bersorak kegirangan. Yang paling menonjol adalah dari penonton cewek-cewek. Mereka bersorak-sorai meneriakan satu nama yaitu “Erwin!!!!”. Erwin Gunawan Petroskova, kapten tim basket yang blasteran Rusia-Indonesia memang jagoan SMA Harapan. Pertandingan berlangsung sangat menarik. Akhirnya Tim dari SMA Harapanlah yang memenangkan pertandingan ini.

DUA


F
iffie dan Winda sudah bersiap untuk pergi ke ulang tahun Tatha. Sebelum pergi, Fiffie yang sudah di tunggu oleh Winda di halaman rumahnya sempat menanyakan keberadaan adiknya yaitu Lisa dan Tania kepada Bi Minah. Fiifie merenung sejenak, ia mengingat nasibnya dan kedua adiknya yang kurang diperhatikan oleh orangtuanya karena kedua orang tua Fiffie sangat sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Belum lagi ditambah dengan kelakuan orangtua mereka yang selalu bertengkar setiap mereka pulang dari kerja.
          Lamunan Fiffie pun terhenti setelah terdengar suara Winda yang memanggilnya. Fiffie dan Winda akhirnya bergegas menuju ke hotel tempat dimana Tatha merayakan ulangtahunnya. Tak lama kemudian, mereka akhirnya sampai di tempat. Tatha yang disekolah menjabat sebagai Ketua Osis memang mengundang hamper seluruh personel sekolah pada ulang tahunnya yang ke tujuhbelas ini.
          Acara resmi pada ulang tahun Tatha pun telah selesai. Sekarang saatnya tamu undangan menikmati hiburan-hiburan yang telah disediakan. Fiffie pun memilih untuk menjelajahi hotel mewah tersebut. Tiba-tiba ada seseorang pria yang menghampirinya membawa sebuah corsage berbentuk mawar. Fiffie sangat terkejut karena ternyata pria itu memberikan Fiffie corsage yang dibawanya tadi. Fiffie pun mengamati pria itu. Namun sayang, pria itu memakai topeng. Fiffie hanya bisa melihat cirri-cirinya. Dia memiliki tubuh yang cukup tinggi, kulit putih, rambutnya bergaya spike, dan dia memiliki mata almond. Fiffie pun mengamati dasi yang dikenakan pria tersebut. Pria itu memakai dasi yang berwarna violet. Namun pria tersebut langsung pergi setelah memberikan corsage tersebut. Fiffie masih memandangi corsage yang baru diterimanya dengan perasaan bingung.
          Fiffie akhiarnya meminta bantuan kepada sahabat-sahabatnya yaitu Tatha, Winda, dan Alya. Mereka membuat daftar pria yaag dicurigai telah memberikan corsage tersebut kepada Fiffie.

H
TIGA
ari itu Fiffie pulang lebih awal dari biasanya. Setelah itu Fiffie pergi ke kotak surat yang berada di halaman rumahnya. Fiffie terkejut karena banyak sekali tagihan  di dalamnya. Mulai dari tagihan PLN, PAM, Citibank, Kabelvision, Telkomsel, dan masih banyak lagi tagihan yang lainnya. Fiffie masuk ke dalam rumahnya dan meletakkan tagihan itu didapur.
Fiffie tidak pernah membayangkan ternyata tagihan-tagihan yang ditaruhnya didapur itu menjadi masalah yang besar, karena orang tua Fiffie yang bertengkar terus ternyata sedang mempermasalahkan banyaknya tagihan-tagihan itu. Hingga pada akhirya kata-kata yang paling ditakuti seumur hidupnya itu pun didengarnya. Ayah dan Bundanya mengatakan kalau mereka ingin bercerai.
Hati Fiffie saat itu terasa seperti di sambar petir. Dan saat itu juga Fiffie tidak bisa menahan air matanya lagi.

EMPAT

K
eesokan harinya.
          Fiffie termangu di sudut lapangan. Ia duduk dibawah pohon mangga yang rindang, memandang orang-orang yang melintas didepannya. Tiba-tiba Winda datang mengagetkan lamunan Fiffie. Winda yang mengerti betul sahabatnya mencoba menanyakan apa yang sedang terjadi dengan Fiffie. Fiffie pun akhirnya menceritakan semuanya kepada Winda. Winda pun mencoba mencarikan solusi yang terbaik untuk sahabnya itu.
**
          Bel pulang sekolah pun berbunyi.
Seperti biasa Fiffie menunggu Winda di depan ruang ganti putri. Tetapi saat Fiffie sedang menggerutu sendiri tba-tiba datang seseorang pria yang tidak asing baginya. Dia adalah Erwin. Tidak disangka Erwin pun menghampiri Fiffie. Erwin pun langsung memperlihatkan wajah ramahnya.
Mereka pun terus mengobrol sampai lupa waktu. Fiffie pun juga lupa pada Winda yang tadi ditunggunya. Erwin tidak menyadari ternyata dari tadi Winda telah berdiri di belakangya.
Winda dan Erwin memang sudah kenal dari dulu. Karena mereka sama-sama merupakan anggota tim basket. Winda pun sewot kepada Erwin. Karena gara-gara Erwin, sahabatnya Fiffie jadi lupa kepadanya.



LIMA


F
iffie untuk sementara waktu tinggal dirumah Winda karena Fiffie ingin menenangkan dirinya sendiri.
Setelah sampai dirumah Winda, Fiffie langsung berbaring di kasur milik Winda. Seperti biasa Winda memintanya untuk bercerita terus terang padanya mengenai masalah dikeluarganya.
Setelah bercerita, Winda memutuskan untuk tidur terlebih dahulu mendahului Fiffie. Fiffie yang masih termenung memikirkan masalah keluarganya duduk di meja belajar milik Winda. Fiffie terkejut saat melihat ditas nya ada sepucuk surat beramplop warna merah muda. Fiffie tercengang saat membacanya yang ternyata dari seseorang yang berinisial “TW”, seorang penggemar misterius Fiffie. Perasaan Fiffie bercampur aduk sangat membacanya. Ia tidak menyangka bahwa ia memiliki penggemar berat yang begitu perhatian padanya. Ia langsung membangunkan Winda yang sudah tidur sejak tadi. Winda pun dengan sukarela membaca surat misterius untuk Fiffie. Namun tidak seperti yang diharapkan oleh Fiffie yang berharap Winda menganggap ini serius. Winda malah ketawa menahan lucu saat membacanya. Setelah selesai membacanya Winda kembali tidur lagi tanpa memperdulikan sahabatnya yang tidak bisa tidur sejak tadi. Fiffie bangkit dari tempat tidur milik Winda dan mengambil Corsage yang diberikan seseorang yang misterius juga kepadanya. Fiffie pun berfikir, apakah orang yang memberikan Corsage dan surat tersebut adalah orang yang sama?

ENAM

A
nthony berjalan tanpa arah. Ia tak tahan terus berada dirumah bersama para wartawan yang menginap didepan rumah demi berita dan aparat keamanan yang mengawasi gerak-gerik keluarganya. Berbagai surat ancaman yang dikirim kerumahnya membuatnya frustasi.
Ayahnya ditahan di Polda Metro Jaya, sedangkan ibunya yang blasteran Inggris pergi melarikan diri dari pers ke tanah kelahirannya, Inggris. Sebagai anak tunggal Bapak Antonio Kaunang, ia sudah banyak menderita karena cap “anak koruptor”. Tapi apa daya, ia tak pernah meminta untuk dilahirkan sebagai anak ayahnya. Ia hanya pasrah menghadapi nasib.
Tanpa sadar, ia sudah bejalan cukup jauh dari rumahnya. Ia duduk ditepi pinggiran jalan yang cukup sepi dan jauh dari keramaian. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundaknya dan langsung menghajar dirinya bertubi-tubi. Ia sadar yang menghajar dirinya bukan hanya satu orrang tetapi lebih dari dua orang.
Tony pun jatuh tersungkur dijalan beraspal tanpa melakukan perlawan sedikitpun. Setelah cukup tenaga ia bertanya pada orang yang menghajarnya tadi apa alasan mereka meanghajar Tony. Tenyata orang yang menghajar Tony adalah Armand. Armand pun langsung menjawab bahwa alasan ia menghajar Tony adalah karena Tony terlalu banyak mencampuri urusannya, sehingga ia seringkali dipanggil Kepala Sekolah untuk mempetanggung jawabkan tingkah lakunya disekolah maupun diluar sekolah. Tony pun mengerti, namun Tony tetap tidak perduli saat Armand cs memukuli perutnya lagi.
Setelah dirasa cukup memberi pelajaran kepada Tony, Armand cs pun pergi meninggalkan Tony yang sudah tak berdaya lagi. Tony bertahan agar tidak pingsan ditempat sepi seperti ini.
Tiba-tiba terlihat cahaya blitz dari balik semak-semak. Kemudian si pemotret keluar dan muncul dihadapannya sambil membawa kamera digital. Orang itu bersandar dibawah tiang lampu dengan menunjukan senyum angkuhnya.
Wajah orang itu tidak asing lagi bagi Tony. Dia adalah Erwin, ketua OSIS SMA Harapan. Erwin menunjukkan kameranya kepada Tony. Teryata dari tadi Erwin sudah merekam semua kejadian yang dilakuakan Armand cs kepada Tony. Erwin menawarkan kepada Tony untuk memberikan rekaman kejadian itu kepada Tony. Tetapi Erwin memberi syarat pada Tony yaitu Tony harus memberi tahu cara untuk meluluhkan hati Fiffie kepada Erwin. Tony tidak menjawab apapun. Ia hanya menatap Erwin dengan tatapan nanar.
**
          Yahoo Messenger Fiffie memang sengaja dibiarkan online. Siapa tahu ada teman yang menghubunginya. Setidaknya itu bisa menghilangkan penat di hati Fiffie.
          Hari sudah malam,
Tiba-tiba ada tulisan terpampang di layar monitor.
Ternyata Tatha mengajaknya untuk mengobrol secara online malam ini.
Sesaat Fiffie melamun tentang surat orangtuanya yang diminta untuk memilih tinggal dengan salah satu diantara mereka.
Lamunan Fiffie terhenti. Ia kembali melanjutkan chatting-nya dengan Tatha.
Obrolan mereka tak jauh dari masalah keluarga Fiffie dan Cowok misterius yang memberi Fiffie sebuah Corsage.
Fiffie pun memberi tahu Tatha bahwa pada hari sabtu kemarin ada yang mengirimkan surat cinta kepada Fiffie. Fiffie pun memberi tahu inisial cowok yang memberinya surat cinta tersebut. “TW” begitulah inisial cowok misterius tersebut.
Fiffie pun berkomentar bahwa “Corsage itu romantis. Tapi kadang juga bisa dilambangkan sebagai kasih yang tak sampai. Begitu besarnya cinta, tapi ia kubur dalam-dalam di hatinya. Makanya Corsage tidak berbau, kalau berbau pasti semuanya menyadari. Corsage tidak bisa busuk, lain halnya dengan bunga biasa yang bisa layu. Apalagi corsage warna merah, yang artinya…cinta.”
Tak terasa malam sudah semakin larut.
Fiffie dan Tatha mengakhiri chatting mereka.
Fiffie pun memutuskan untuk tidur.


TUJUH

S
EMINGGU kemudian…
Waktu berjalan cepat sekali, dan semakin cepat berjalannya waktu…rasanya keadaan semakin buruk. Suara gemercik air terdengar dlam kamar mandi. Bathub sudah penuh dengan airnya meluap, membasahi lantai keramik. Dimalam yang dingin tidak ada siapapun dirumah itu, kecuali seorang gadis yang putus asa.
Sendirian.
Menatap bayangan dirinya sendiri di genangan air yang mengalir.
Mengingat betapa kelamnya hidup ini.
Fiffie berteriak kesal. Ia diberikan surat dari sekolahnya karena ia belum membayar uang sekolah empat bulan, uang buku pelajaran, uang ujian bersama untuk dua semester, iuran OSIS setahun, dan sumbangan gedung, jumlah totalnya RP 1.425.000,00.
Fiffie bingung darimana ia bisa mendapat uang sebanyak itu. Padahal uang itu harus dibayar paling lambat dua minggu lagi.
Fiffie memutar otak, bagaimanapun caranya ia bisa harus mendapatkan uang untuk iuran sekolahnya. Fiffie tak mau menyusahkan ayah dan bundanya lagi. Mengingat keluarganya saat ini sedang dilili masalah ekonomi.
Fiffie membanting pintu dan melesat menaiki tangga menuju kamarnya. Fiffie langsung mengangkat gagang telepon yang ada di kamarnya dan langsung menelepon ke tujuan.
          Fiffie menelepon Erwin dan menanyakan tentang tawaran kerja untuk menjadi pelayan di Café milik Erwin. Fiffie dan Erwin pun memutuskan bertemu besok untuk membicarakan tentang soal ini.
**
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Fiffie bergegas menemui Erwin di tempat parkiran seperti janjinya kemarin di telepon.
Setelah bertemu, Erwin langsung menyuruh Fiffie untuk masuk ke dalam mobilnya dan langsung bergegas meninggalkan sekolah.
Tak butuh waktu lama, mobil Erwin pun berhenti di depan sebuah café yang cukup besar. Di atas pintu masuk terdapat papan nama dua bahasa yang bertuliskan “Tsar Café Jakarta” dan dibawahnya terdapat nama kafe ini dengan huruf cyrillic ala Rusia.
Erwin menarik tangan Fiffie dan mengajaknya masuk dan langsung mengajaknya masuk ke dapur. Erwin bertanya kepada chef disana tentang dimana kakaknya sekarang. “Nikolai”, dia adalah kakak Erwin sekaligus manajer dari café miliknya.
Erwin memberi tahu pada Nikolai bahwa Fiffie ingin bekerja di café miliknya. Nikolai pun langsung menerima Fiffie sebagai karyawan baru di café miliknya.

DELAPAN

D
ua hari berlalu…
Senja hari yang remang-remang, di dapur Tsar Café. Fiffie duduk terpaku dikursi. Tatapannya kosong, memandang langit-langit.
Dibenaknya ada pertanyaan yang selalu menghantuinya. Sejenak Fiffie memejamkan matanya, pikirannya tertuju pada kejadian pagi.
Tadi pagi Erwin membantu Fiffie untuk melunasi uang bayaran sekolahnya yang belum dibayarkan selama ini. Yang membuat Fiffie tidak enak hati yaitu Erwin tidak mau jika uang yang diberikannya kepada Fiffie diganti. Semua itu Erwin lakukan karena ia tahu saat ini Fiffie sangat membutuhkan uang itu.
**
Erwin yang baru datang ke café miliknya langsung menyapa seluruh pelayan café dan para koki yang sedang bekerja didapur.
Tiba-tiba Erwin datang menghampiri Fiffie yang sedang mengantarkan makanan dan langsung menariknya ke dapur. Erwin menyuruh Fiffie  untuk berganti pakaian kerjanya.
Erwin ingin mengajak Fiffie ke tempat yang sudah Erwin siapkan untuk Fiffie.
Ternyata Erwin mengajak Fiffie ke sebuah café yang tak jauh dari café miliknya sendiri.
Erwin juga sudah memesan meja untuk mereka berdua. Suasana meja makan itupun sangat romantis.
Tanpa Fiffie sangka, ternyata Erwin menyatakan perasaannya kepada Fiffie. Fiffie pun tak ada alasan untuk menolak cinta Erwin.

SEMBILAN
   
D
ua minngu telah lewat…
Hall olahraga SMA Harapan membludak dipenuhi penonton yang tak hanya murid-murid SMA Harapan, tapi juga dari sekolah-sekolah lain.
Hari ini memang SMA Harapan sedang mengadakan Pameran Ekstrakurikuler. Arifin cs berniat untuk tampil pada acara ini.
Tetapi ada sesuatu yang membuat Arifin mengeluarkan keringat panas dinginnya. Bukan tanpa alasan Arifin bertingkah laku seperti itu. Hari ini Arifin akan menyatakan perasaan cintanya kepada Winda.
**
          Acara pun dimulai…
          Kepala Sekolah dan seluruh pengisi acara sudah tampil dalam pementasaan ini. Hanya Arifin cs yang belum tampil sebagai penutupan.
          Winda, Fiffie, dan Tatha yang duduk ditribun dari acara dimulai pun mulai berharap-harap cemas. Karena dari kemarin-kemarin mereka sudah mendengar kabar bahwa pada pementasaan hari ini akan ada kejutan untuk Winda.
**
          Tibalah saatnya Arifin cs untuk tampil. Winda menggenggam erat tangan sahabatnya Fiffie dan Tatha.
          Benar saja kabar yang selama ini terdengar.
          Arifin menyatakan perasaannya kepada Winda, Winda pun tidak dapat menolak pernyataan dari Arifin.

SEPULUH

S
udah berminggu-minggu Erwin dan Fiffie menyembunyikan hubungan mereka dari teman-temannya. Hingga pada akhirnya seluruh teman-teman Fiffie mengetahui hubungan antara mereka berdua.
          Tidak ada satupun teman Fiffie yang setuju dengan hubungan mereka berdua. Bukan tanpa sebab. Erwin memang terkenal sering membuat masalah. Bahkan dengan sahabat Fiffie, Winda pun Erwin juga memiliki masalah.
          Hingga pada akhirnya hal yang tidak diharapkan oleh Fiffie pun terjadi.
          Winda  bertengkar dengan Erwin dan membuat Arifin yang merupakan kekasih Winda ikut campur dalam masalah ini.
          Arifin pun merencanakan untuk memberi pelajaran kepada Erwin, dan meminta bantuan kepada Armand cs untuk mau bekerjasama dengannya.

**
          Sepulang sekolah Fiffie mencari sosok pria yang dicintainya, Erwin.
Fiffie sudah cukup lama menunggu Erwin namun sosok pria itu tidak muncul juga. Padahal kemarin Erwin telah membuat janji kepada Fiffie untuk ketemuan setelah pulang sekolah.
Fiffie pun mulai khawatir. Ia mencari Erwin ke seluruh area sekolah, namun hasilnya nihil. Hingga pada akhirnya Fiffie bertanya pada salah satu siswa yang masih sibuk di area sekolah. Siswa itu bilang ia melihat Erwin pergi bersama Arifin cs dan Armand cs.
Fiffie makin khawatir setelah mendapat kabar itu. Mengingat masalah-masalah yang Erwin buat memang sudah terlalu banyak.
**
          Hujan pun turun dengan lebatnya.
          Fiffie berhenti di sebuah taman untuk berteduh.
          Hingga pada akhirnya, ia mendengar  suara meminta tolong.
          Fiffie mencari-cari asal suara tersebut. Hingga pada akhirnya ia melihat sosok pria yang tidak asing lagi baginya. Ia melihat Erwin tersungkur di tanah dengan darah yang teru7s mengucur dati hidung dan pelipisnya.
          Fiffie pun berlari mendekati Erwin. Betapa terkejutnya Fiffie ternyata yang mengeroyok Erwin adalah sahabat-sahabatnya sendiri.
          Fiffie berjalan mendekati wanita yang satu-satunya berada di situ. Fiffie meminta Winda untuk memberikan penjelasan. Namun belum sempat Winda memberikan penjelasan kepada Fiffie, Fiffie langsung mendaratkan tamparannya ke pipi mulus Winda dan berkata bahwa persahabatannya dengan Winda telah berakhir.
          Fiffie langsung membawa Erwin pergi dari tempat itu.
          Winda masih tercengang atas kejadian yang baru saja terjadi.
          Winda berusaha menahan air matanya. Namun ia tidak bisa menahan airmatanya lagi saat mendengar suara Fiffie yang berkata bahwa persahabatannya telah berakhir.

SEBELAS

          Fiffie berjalan menyusuri jalan setapak, menuju pepohonan. Tempat ini cukup sepi, tak ada satupun. Yang terdengar hanya suara orang-orang mengumandangkan takbir. Memuji-muji nama Sang Maha Pencipta.
Besok puasa dimulai.
Di tangan Fiffie terdapat keranjang bunga setaman. Ia berjalan menuju batu nisan kecil yang tersembunyi di balik pohon kamboja.
Sambil berlutut di samping nisan, Fiffie menebarkan bunga di atas kubur. Sesaat ia terdiam, memandang nama yang terukir di nisan itu: Nucha Ardiana. Nucha adalah adik kandung Fiffie yang meninggal 4tahun yang lalu dikarenakan tertabrak mobil.
Fiffie berniat meninggalkan makam adiknya itu. Namun Fiffie bertemu dengan Tony yang kebetulan sedang berada di daerahsekitar makam. Fiffie bertanya sedang apa Tony disini. Namun Tony malah bertanya ke Fiffie apakah ia sudah meminta maaf sdengan Winda. Fiffie hanya menggeleng dan berkata bahwa sampai kapanpun ia tidak akan pernah bermaafan dengan Winda. Tony hanya memberi nasehat kepada Fiffie bahwa jangan sampai ia menyesal akhirnya.
**
          Sudah seminggu Winda tidak masuk ke sekolah. Fiffie yang awalnya tidak mau tau dengan keberadaan Winda pun akhirnya mencoba mencari tahu dimana Winda sekarang dan mengapa Winda tidak masuk sekolah.
          Sepualng sekolah Fiffie sengaja lewat di depan rumah Winda. Alangkah terkejutnya Fiffie saat melihat papan besar yang tertempel pada pagar rumah Winda yang bertuliskan “RUMAH INI DIJUAL”.
          Dalam hati Fiffie pun bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada Winda dan keluarganya.
**
          Sesampainya dirumah Fiifie langsung mencoba menghubungi nomor HP Winda, namun sayang nomornya sudah tidak dipakai lagi.Fiffiejuga sudah mengirim e-mail kepada Winda namun sekali lagi Fiifie tidak mendapatkan balasan apapun.
          Kini yang ada dipikiran Fiffie adalah bagaimana caranya ia dapat menghubungi mantan sahabatnyaitu.
          Ia pun datang untuk menemui sahabat-sahabatnya namun saying, mereka sudah tidak mau berhubungan lagi dengan Fiffie. Kini  hanya ada satu harapan Fiffie yaitu Tony.
          Fiffie berharap Tony dapat memberikan informasi tentang Winda saat ini.
**
          Bel istirahat berbunyi.
          Fiffie langsung bergegas menuju perpustakaan untuk menemui Tony. Sesampainya diperpustakaan ia langsung duduk disamping Tony dan langsung meminta kabar mengenai Winda.
          Namun Tony hanya bekata bahwa ia tidak bisa memberikan nomor handphone Winda kepada Fiffie.
          Fiffie pun hanya dapat tertunduk menyesali perbuatan dan perkataannya kepada Winda beberapa minggu yang lalu.
          Tony pun langsung meninggalkan Fiffie sendirian di perpustakaan. Namun alangkah senangnya hati Fiffie saat melihat secarik kertas yang bertuliskan nomor HP Winda yang diberikan kepada Tony.
          Tanpa buang waktu, Fiffie pun langsung menghubungi nomor yang tertera pada kertas tersebut. Winda pun mengangkat telepon dari Fiffie. Namun saat Winda mengetahui bahwa yang meneleponnya adalah Fiffie, Winda langsung mematikan telepon dari Fiffie.
          Sungguh, Fiffie sangat menyesali perbuatannya ini.




Dikutip dari   : Novel “Corsage”
Karangan     : Janita